Warga Sungai Utik menyambut gembira dan bersyukur kepada Yang Maha Kuasa dengan SK ini. “Di hutan adat kami, tidak ada lagi hak pengguna lain, hutan produksi terbatas, atau hak pengusahaan hutan,” kata Apai Janggut. Memang, berdasarkan risalah pengolahan data penetapan hutan adat Menua Sungai Utik, kawasan hutan tersebut berada di hutan lindung, hutan produksi terbatas, dan area penggunaan lain.
Tanah adalah Ibu Kami
Hutan adalah bapak kami, yang menyediakan segalanya, ibarat supermarket. Tanah adalah ibu, melahirkan tumbuhan dan pohon yang ada di sekitar kami. Air adalah darah kami, ibarat tubuh manusia, apabila tidak mengalir kita akan mati.
Sikap keras kepala dan keteguhan hati masyarakat adat Dayak Iban Sungai Utik dalam menjaga hutan adat mulai berbuah hasil. Penghargaan yang telah diperoleh seperti : Desa adat pertama yang meraih Sertifikat Ekolabel Tahun 2008, Anugerah Kalpataru 19 Juli 2019, Equator Prize 24 September 2019 di New York, SK KLHK : tentang Hutan Adat 20 Mei 2022, SK Bupati Kapuas Hulu : tentang PMHA Dayak Iban Menua Sungai Utik 2019 dan Gulbenkian Prize 19 Juli 2023 di Portugal, Penghargaan bidang kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan masyarakat adat 23 Desember 2021
Sungai Utik Desa Wisata Batu Lintang Raih Juara I Kategori Daya Tarik Desa Wisata, ADWI 2024
Malam Anugerah Desa Wisata Indonesia sebagai puncak acara ADWI 2024 yang diselenggarakan di Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah...
Read MoreClimate Funding for Indigenous Communities
Read how the Gulbenkian Prize for Humanity funding is supporting forest restoration and Indigenous communities in Borneo. At COP28, the...
Read More“Hutan adalah sumber kehidupan kami yang sudah diturunkan oleh leluhur kami sejak dulu. Menjaga hutan adalah bagian dari budaya kami karena di dalam hutan tersebut terdapat ladang kami, tanaman obat, dan sungai kami, juga kuburan leluhur kakek nenek yang harus kami jaga. Hutan seperti ibu yang memberi kami makan dan menyediakan udara untuk kami bernapas dan bagian dari hidup kami yang harus kami jaga,” tegas Apai Janggut.
Sungai Utik, sebuah tempat tinggal yang penuh dengan cerita dan makna yang menginspirasi bagi masyarakat Dayak Iban hingga suku ini hingga mampu mengharumkan nama Indonesia. Mereka dianugerahi penghargaan Equator Prize, atas kesuksesan mereka menjaga ribuan hektar hutan tempat mereka tinggal di Sungai Utik, Kalimantan Barat.
TJEI on Air hadir kembali dalam Episode #2 dengan tajuk Cerita Dari Sungai Utik: Harmoni Masyarakat Iban dan Hutan Adat, pada:
Hari / Tanggal : Selasa, 20 Februari 2024
Waktu : 14.00 – 16.00 WIB
Tempat : Zoom Meeting (bit.ly/tjei-sungaiutik)
Kita akan membahas bagaimana masyarakat Iban dan alam dapat hidup berdampingan, dan merawat warisan budaya serta mendengarkan bagaimana mereka membangun pariwisata di Sungai Utik.
Penasaran dengan kisah mereka? Jangan lupa ikutan acaranya yaa, Sob!
Temu Jaringan Ekowisata Indonesia (TJEI) On Air adalah acara ngobrol santai yang digagas Indecon buat anggota jaringan ekowisata Indonesia. Acara ini gratis dan terbuka untuk siapapun dan kalangan apapun.
Bersama jaga hutan yang dilakukan masyarakat Sungai Utik membuat banyak orang ingin datang berkunjung.
Tamu-tamu yang datang ke Sungai Utik Kecamatan Embaloh Hulu Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat merasa senang dengan wisata alam dan budayanya yang kental. Pengembangan wisata alam dan budaya Sungai Utik ditangani sepenuhnya oleh komunitas Sungai Utik. Bersama dengan beberapa lembaga yang mendampingi agar kehadiran wisata alam dan budaya ini dapat selalu selaras dengan adat dan budaya Sungai Utik .